Oleh : Andik Bambang, S.PdI
Suatu ketika ada seorang Ayah yang sudah tua renta,
diperkirakan usianya 75 tahun ia memanggil
Anaknya:”Wahai anakku”
Anak itu pun menjawab:”Ada apa Yah…!”
Ayah itu berkata:”Aku mau pergi kesuatu tempat. tapi,
aku tak bisa berjalan tanpa menggunkan alat bantu,
coba…! ambilkan tongkatku Nak”
Anak itu menjawab:”Tongkat Ayah sudah patah karena dimakan Rayap”
Ayah itu berkata lagi:”Kalau begitu ambilkan Kursi Rodaku”
“Kursi rodamu juga sudah rusak, karena sudah lama dan berkarat”
“Lalu aku pake apa lagi untuk pergi” Kata Ayah tua dan renta itu.
Dalam hatinya ia kecewa karena tak mampu berbuat
apa-apa lagi, rasanya hidupnya tak ada guna lagi
Akhirnya Anaknya itu berkata dengan lirih:”Aku sebenarnya BERBOHONG PADAMU”
Setelah mendengar jawaban anaknya itu tampak diraut wajahnya
kekecewaan yang sangat mendalam
“Mengapa engkau tega berbuat seperti itu kepadaku Nak..!”
“bukankah aku sudah tua dan renta seperti ini. tapi, sungguh engkau masih tega padaku”
Anak itu kembali menjawab seraya berlinang air mata:
“Aku berbuat demikian karena aku Cinta Ayah”
“Aku sayang ayah”
sambil memeluk dan merangkul Ayahnya dengan pelukan hangat seorang anak
yang didambakan seluruh ayah di dunia ini.
“Aku berkata tongkatmu patah, karena hari ini dan seterusnya
aku akan selalu siap disisimu untuk menjadi tongkat dan kursi rodamu.
yang akan selalu mengantarkan Ayah kemana aja ayah mau pergi.”
“bukankah dulu Ayah selalu menemaniku”
“dan tak sempat pergi kemana-mana karena engkau ‘memapahku’, ‘melatihku dan membimbingku’
untuk bisa berjalan kemana saja aku kehendaki. diwaktu aku masih kecil
lalu tak adakah sisa waktu dipenghujung usiamu ini untuk membalas pengorbananmu itu.
mendengar jawaban anaknya itu ia semakin erat memeluk anaknya dengan linangan air mata dan seakan akan takkan pernah melepaskan pelukannya itu walau sekejap apapun.
selama ini buah yang ia tanam berpuluh-puluh tahun lamanya kini ia nikmati walau dipenghujung usianya itu.
Akirnya iapun lega dan dipangkuan anaknya tercinta itu
ia menghembuskan napasnya yang terakhir
Ina lillahi Waina Ilaihi Rajiun
Malang, 21 Desember 2011